Ketika Anak Menjadi Korban Perceraian
Sungguh menyentuh apa yang diungkapkan oleh salah seorang murid kepda gurunya, tentang kondisi keluarganya. Dia tidak betah tinggal bersama dengan ibunya dan ayah tirinya. Dia merasa diperlakukan layaknya sebagai anak tiri. Banyak perilaku ibunya dan ayah tirinya yang dirasa tidak mengenakkan dia.
Dia ingin pergi dan tinggal bersama ayahnya. Karena sejak kecil memang dia tinggal bersama nenek dari ayahnya. Dia baru tinggal bersama ibunya sekitar tiga tahun atau selama dia sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Pada suatu hari yang merupakan puncak dari yang dialaminya, dia tidak pulang ke rumah. Dia tidur di rumah temannya. Besoknya, ibunya mencarinya ke sekolah. Dia tidak ditemukan di sekolah karena dia tidur di rumah temannya.
Sore harinya setelah Ashar anak ini menemui gurunya untuk bertanya tentang apakah kalau mau pindah sekolah sekarang bisa? Kebetulan dia sekarang di kelas IX semester Genap yang sebentar lagi akan mengikuti kegiatan Ujian Nasional (UN).
Gurunya mengatakan, bahwa sepertinya sulit kalau mau pindah sekolah di semester Genap karena sudah masuk daftar peserta Ujian Nasional. Guru tersebut menyarankan agar dia tidak pindah dulu sebelum beres UN. Bertahanlah sampai selesai kegiatan Ujian Nasional. Nanti setelah UN baru pindah.
*************************************************************
Demikianlah sedikit catatan tentang masalah yang dialami oleh anak yang orang tuanya bercerai. Saya belajar dari peristiwa anak-anak korban perceraian. Mengapa dikatakan korban? Karena anak-anak korban perceraian ini hampir mayoritas hidupnya menderita.
Yang saya catat dari realita anak-anak yang bermasalah di keluarga diantaranya:
1. Tidak ada semangat belajar.
2. Mencari tempat pelarian. Karena mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya secara utuh. Mereka mencari orang yang dianggapnya bisa menjadi teman, tempat curhat, dan sebagainya.
3. Berperilaku negatif seperti: Merokok, berkelahi, mengkonsumsi minuman keras dan Narkoba, pergaualan bebas, geng motor, mencuri, dan sebagainya.
4. Mudah marah.
5. Sering menangis.
6. Sering melamun.
7. Merasa tidak ada yang bisa dijadikan sandaran.
8. Dan sebagainya.